Senin, 31 Agustus 2015

Senin, 27 April 2015

Makna Ilah


Yang membuat kaum musyrikin berat untuk mengucapkan syahadat adalah karena kesaksian atas Allah dan ilah yang lain. Makna ilah yang sebenarnya, dapat kita pahami dari akar kata yang membentuknya. Ilah terbentuk dari kata kerja aliha. Dalam bahasa Arab alihahu berarti:


1.      Merasa tenteram kepadanya sehingga ia asyik masyuk dengannya dan enggan meninggalkannya.
2.      Berlindung dengannya karena kagum kepada kekuatan, kehebatan, dan kekuasaannya.
3.      Rindu kepadanya karena keberadaannya memberikan rasa tenteram dan aman sehingga ia berusaha untuk selalu dekat dengannya.
4.      Sangat mencintainya dengan ketulusan hati karena tiga hal tersebut diatas.

Bila keempat hal ini diketahui, dirasakan, dan atau diyakini, maka ia akan:
5.      Menyembahnya dan siap mengorbankan apa saja karenanya, bahkan kalu perlu jiwa dan raganya pun dikorbankan demi cinta yang menenteramkan, melindungi, dan selalu ia rindukan itu.


Orang meng-ilah-kan (mempertuhankan) sesuatu karena ia merasa bahwa sesuatu itu sempurna, hebat, dan menentreamkannya karena memberikan jaminan dan perlindungan. Karena itu, ia merindukan dan mencintainya bahkan menyembahnya dengan segenap cinta, penuh kerendahan hati, dan segala ketundukan. Sesuatu yang mendapat perlakuan demikian selanjutnya disebut ilahyang dalam bahasa Indonesia disebut tuhan.

Di dunia ini banyak hal yang diperlakukan sebagai tuhan selain Allah atau bersama Allah meskipun sebenarnya secara objektif tidak memiliki sifat-sifat ketuhanan sedikitpun. Demikian itu karena betapa hebatnya, pasti memiliki kekurangan dan keterbatasan. Pengalaman Ibrahim as. Saat mencari Tuhan sangat berharga bagi kita. Pada setiap benda yang beliau kagumi dan dia mengiranya sebagai tuhan, ternyata selalu ditemui kekurangan. Sehingga, akhirnya beliau mengambil kesimpulan bahwa semua itu bukan tuhan. Tuhan yang benar dan berhak mendapat perlakuan seperti di atas berdasar pengamatan dan pengalamannya adalah yang menciptakan segala yang ada di langit dan di bumi.

Berangkat dari makna bahasa di atas, ilah adalah:
1.      Sesuatu yang diharapkan karena ia memiliki kekuasaan memberi manfaat dan mengabulkan permintaan orang yang berharap kepadanya.
2.      Sesuatu yang ditakuti karena ia akan murka dan menyiksa siapa yang membangkang perintahnya.
3.      Sesuatu yang diikuti karena petunjuknya adalah benar dan menjamin keselamatan.
4.      Sesuatu yang dicintai karena rahmat dan cintanya amat besar dicurahkan kepada hamba-hambanya, memberi tak pernah henti dan tiada habis-habisnya.
5.      Karena demikian itu maka ia adalah sesuatu yang disembah.

Karena sifat-sifat kesempurnaannya itu maka ia adalah sesuatu yang berhak mendapatkan loyalitas dan ketaatan, ia adalah pemegang kekuasaan. Islam memandang bahawa sesuatu yang memiliki sifat-sifat kesempurnaan tersebut di atas hanyalah Allah swt. Memperlakukan selain Allah sebagaimana perlakuan yang diberikan kepada Allah yang telah menciptakan manusia sebagai Al-Khaliq. Apabila ada pihak lain yang diperlakukan demikian, itulah kesesatan yang nyata. Allah tidak menghendaki bila manusia mempertuhankan apa dan atau siapa pun selain-Nya.


Apa Saja Kompetensi (Muwashofat) Pemuda Islam dalam Tarbiyah ?

Sobat muda muslim, sebagai seorang pemuda yang aktif dalam tarbiyah (mengaji) ada beberapa kompetensi yang harus kita capai, yaitu :

1. Salimul Aqidah
Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan-Nya.

Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam (QS 6:162).

Karena memiliki aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam awal da’wahnya kepada para sahabat di Makkah, Rasulullah Saw mengutamakan pembinaan aqidah, iman atau tauhid.


2. Shahihul ibadah
Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasul Saw yang penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan: “shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat”.

Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Saw yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.


3. Matinul Khuluq
Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat.

Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah Saw ditutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah di dalam Al-Qur’an, Allah berfirman yang artinya: Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung (QS 68:4).

 
4. Qowiyyul Jismi
Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya.

Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi, dan jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan.

Karena kekuatan jasmani juga termasuk yang penting, maka Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Mu’min yang kuat lebih aku cintai daripada mu’min yang lemah (HR. Muslim).


5. Mutsaqqoful fikri
Intelek dalam berpikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas) dan Al-Qur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berpikir.

Misalnya firman Allah yang artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar dan judi. Katakanlah: “pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”.

Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir (QS 2:219).

Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktivitas berpikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Bisa kita bayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatkan pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu.

Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang sebagaimana firman-Nya yang artinya: Katakanlah: “samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?”, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (QS 39:9).


6. Mujahadatul linafsihi
Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatul linafsihi) merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu.

Oleh karena itu hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam) (HR. Hakim).

7. Harishun ala waqtihi
Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt banyak bersumpah di dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya.

Allah Swt memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama setiap, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: “Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu”.

Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi. Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk memanaj waktunya dengan baik, sehingga waktu dapat berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi Saw adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.


8. Munazhzhamun fi syuunihi
Teratur dalam suatu urusan (munazhzhamun fi syuunihi) termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya.

Dengan kata lain, suatu urusan dikerjakan secara profesional, sehingga apapun yang dikerjakannya, profesionalisme selalu mendapat perhatian darinya.

Bersungguh-sungguh, bersemangat dan berkorban, adanya kontinyuitas dan berbasih ilmu pengetahuan merupakan diantara yang mendapat perhatian secara serius dalam menunaikan tugas-tugasnya.


9. Qodirun alal kasbi
Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri (qodirun alal kasbi) merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan.

Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi.

Kareitu pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya raya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah, dan mempersiapkan masa depan yang baik.

Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al-Qur’an maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi.

Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik, agar dengan keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah Swt, karena rizki yang telah Allah sediakan harus diambil dan mengambilnya memerlukan skill atau ketrampilan.


10. Nafi’un lighoirihi
Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi) merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar.

Maka jangan sampai seorang muslim adanya tidak menggenapkan dan tidak adanya tidak mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berpikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang muslim itu tidak bisa mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya.

Dalam kaitan inilah, Rasulullah saw bersabda yang artinya: sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Qudhy dari Jabir).

Demikian secara umum profil seorang muslim yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits, sesuatu yang perlu kita standarisasikan pada diri kita masing-masing.

Apa Sih Pentingnya Kita Belajar (Tarbiyah) Islam ?

Sobat muda muslim, sebelumnya kita bahas, apa itu tarbiyah ? Dari segi bahasa, Tarbiyah bermakna :

1. Rabba-yarbu (tumbuh berkembang).
2. Rabbiya-yarba (tumbuh secara alami).
3. Rabba-yarubbu (memperbaiki, meningkatkan).

Ada beberapa perkataan dalam bahasa arab yang seerti dan senada dengan perkataan ‘Tarbiyah’ yaitu :

1. Ziyadah (penambahan).
2. Nas’ah (pertumbuhan).
3. Taghdiyyah (pemberian zat makanan).
4. Ri’ayah (pemeliharaan).
5. Muhafazhah (penjagaan).

Sedangkan secara istilah, Tarbiyah Islamiyah adalah memperbaiki sesuatu, menjaga serta memeliharanya.

Secara ringkasnya, Tarbiyah Islamiyah adalah proses penyiapan manusia menjadi sholeh, yakni agar tercipta suatu keseimbangan dalam potensi, tujuan, ucapan dan tindakannya secara keseluruhan.


ALASAN PERLUNYA TARBIYAH DARI ASPEK DALAM AJARAN ISLAM

PERTAMA :

Hasil kajian kita terhadap sirah Rasulullah saw memberi kita kefahaman bahwa Rasulullah saw telah membimbing umat manusia untuk keluar dari kongkongan ciri-ciri berikut :
- Kejahilan (Al Jahl).
- Kehinaan (Dzillah).
- Kemiskinan (Faqr).
- Perpecahan (Tanafur).

KEDUA :

Keadaan umat Islam sekarang tidak memahami Islam itu sendiri sehingga akhirnya terjebak dalam suasana jahiliyah modern dengan kesesatan yang lebih dahsyat dan nyata sebagaimana firman Allah swt :

“Sesungguhnya Allah telah mengurniakan (rahmatNya) kepada orang-orang yang beriman, setelah Ia mengutuskan dalam kalangan mereka seorang Rasul dari bangsa mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah (kandungan Al-Quran yang membuktikan keesaan Allah dan kekuasaanNya), dan membersihkan mereka (dari iktiqad yang sesat), serta mengajar mereka Kitab Allah (Al-Quran) dan Hikmah (pengetahuan yang mendalam mengenai hukum-hukum Syariat). Dan sesungguhnya mereka sebelum (kedatangan Nabi Muhammad) itu adalah dalam kesesatan yang nyata.” (QS Ali Imran : 164)

Kesan dari suasana tersebut, umat Islam sekarang berada pada tahap kritis yang diakibatkan oleh :

- Kecintaan pada dunia yang berlebihan dan takut mati.

- Saling berpecah belah.

- Mengkotak-katikkan ajaran Islam.

- Penyimpangan ajaran Islam hasil pengaruh sekularisme, plularisme dan liberalisme.

- Terbelenggu dengan ajaran yang berbau takhayul, bid’ah dan khurafat.

- Meninggalkan jihad.

KETIGA :

Ia adalah satu-satunya jalan keluar dari kesesatan melalui pembinaan yang di dalamnya terkandung :

- Tilawah (Membaca & dibacakan).
- Tazkiyah (Pembersihan diri).
- Ta’limul kitab wal hikmah (Belajar Al-Qur’an dan hadits)

“(Nikmat berkiblatkan Kaabah yang Kami berikan kepada kamu itu), samalah seperti (nikmat) Kami mengutuskan kepada kamu seorang Rasul dari kalangan kamu (iaitu Muhammad), yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu, dan membersihkan kamu (dari amalan syirik dan maksiat), dan yang mengajarkan kamu kandungan Kitab (Al-Quran) serta Hikmah kebijaksanaan, dan mengajarkan kamu apa yang belum kamu ketahui.” (QS Al Baqarah : 151)

Usaha di atas dilaksanakan sehingga kita akan memperolehi nikmat yang akan menghantarkan kita kepada ‘Khairu Ummah.’

“Kamu adalah sebaik-baik ummah yang dikeluarkan untuk manusia. Kamu menyuruh berbuat kebaikan, melarang berbuat kemungkaran dan kamu beriman kepada Allah.” (QS Ali ‘Imran : 110)

dengan ciri-ciri :

- Berpengetahuan.
- Terhormat.
- Kekayaan.
- Persaudaraan.


DARI ASPEK INDIVIDU

PERTAMA :

Hakikat jiwa yang memerlukan pembinaan sebagaimana firman Allah swt :

“Serta mengilhamkannya (untuk mengenal) jalan yang membawanya kepada kejahatan, dan yang membawanya kepada bertaqwa; Sesungguhnya berjayalah orang yang menjadikan dirinya - yang sedia bersih - bertambah-tambah bersih (dengan iman dan amal kebajikan), Dan sesungguhnya hampalah orang yang menjadikan dirinya - yang sedia bersih - itu susut dan terbenam kebersihannya (dengan sebab kekotoran maksiat).” (QS Ash Syams : 8-10)

Hakikat jiwa tersebut menghadapi persoalan bahwa secara fitrahnya, pada diri kita terdapat kecenderungan kepada taqwa dan kecenderungan kepada dosa.

 
KEDUA :

Adanya musuh turun temurun yang tidak hanya membuat perancangan yang matang tapi juga merealisasikannya sebagai sebahagian dari langkah syaitan.

“Wahai sekalian manusia! Makanlah dari apa yang ada di bumi yang halal lagi baik, dan janganlah kamu ikut jejak langkah Syaitan; kerana sesungguhnya Syaitan itu ialah musuh yang terang nyata bagi kamu. Ia hanya menyuruh kamu melakukan kejahatan dan perkara-perkara yang keji, dan (menyuruh) supaya kamu berkata (dusta) terhadap Allah apa yang kamu tidak ketahui (salah benarnya).” (QS Al Baqarah : 168 - 169)
“Demi sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) akan dapati manusia yang keras sekali permusuhannya kepada orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.” (QS Al Maaidah : 82)

“Sesungguhnya Syaitan adalah musuh bagi kamu, maka jadikanlah dia musuh (yang mesti dijauhi tipu dayanya); sebenarnya dia hanyalah mengajak golongannya supaya menjadi dari penduduk neraka.” (QS Faathir : 6)

Untuk menghalang serangan musuh diperlukan amal jama’ie di kalangan kaum muslimin dan ianya tidak akan berlaku kecuali dimulai dengan tarbiyah.


KENAPA TARBIYAH ISLAMIYAH ITU PENTING?

Seperti yang kita ketahui bahwa tujuan penciptaan manusia oleh Allah swt hanyalah satu  iaitu beribadah kepada Allah, seperti berikut :

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi(beribadah) kepada-Ku”. (Qs Az Zaariyaat : 56)

Agar kehidupan manusia di dunia bernilai ibadah maka manusia mestilah sentiasa menyandarkan tuntunan hidupnya kepada Islam secara kaffah (menyeluruh) dan mampu merefleksikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup dalam mengharungi kehidupannya di dunia ini.

Namun, pada kenyataannya sekarang ini manusia, khususnya majoriti umat Islam berada dalam keadaan yang sangat memperihatinkan, jauh dari tuntunan Islam, sehingga yang nampak adalah bahwa umat Islam itu bodoh, hina, lemah, miskin, berpecah belah dan tidak memiliki kebanggaan terhadap Islam.

Tarbiyah memiliki kepentingan yang tiada taranya, sejak amal Islami dibangunkan pada masa-masa awalnya, kita telah memahami bahwa langkah yang paling efektif untuk proses perbaikan adalah pembinaan peribadi sesuai dengan nilai-nilai Islam dan sistemnya untuk menghantarkannya kepada suatu tujuan, iaitu masyarakat muslim, lalu umat muslim, kemudian Negara Islam yang menegakkan syariat Allah swt.

Tarbiyah memiliki pengertian bahwa : “Tarbiyah adalah satu cara yang ideal dalam berinteraksi dengan fitrah manusia, baik secara langsung (berupa kata-kata) ataupun secara tidak langsung (berupa keteladanan, sesuai dengan sistem dan tingkatannya yang khas), untuk memproses perubahan dalam diri manusia menuju keadaan yang lebih baik.”

Imam Hasan Al Banna bersama Ikhwanul Muslimin yang didirikannya pada tahun 1928 mencanangkan idealisma yang sedemikian tinggi sehingga tertegaknya kembali kejayaan Islam. Tapi untuk menuju ke situ, kita perlu mempunyai satu modal, yaitu pemuda.

Maka tidak ada yang perlu dilakukan kecuali mentarbiyah mereka sehingga akhirnya tarbiyah menjadi semacam “trade merk” bagi Jamaah Ikhwanul Muslimin.

Tarbiyah Ikhwanul Muslimin lahir dari Kitabullah dan Sunnah RasulNya, menyusuri perjalanan sahabat dan tabi’in serta mengambil suri teladan dari manusia teladan yang ma’sum, Muhammad saw, para mujaddi yang sholeh serta para tokoh Islam sepanjang sejarah.

Imam Hasan Al Banna telah menggariskan bahwa tahapan aktiviti dalam Ikhwanul Muslimin ada tiga, iaitu :

a. Ta’rif (pengenalan).
b. Takwin (pembinaan).
c. Tanfizh (perlaksanaan).

Oleh karenanya setiap tahapan itu akan tegak hanya dengan tarbiyah.

Oleh karena itu, adalah penting untuk memberi perhatian yang khusus kepada tarbiyah dan menjadikannya sebagai keutamaan di setiap kegiatannya, bahkan menjadikannya sebagai aktivitas yang kontinyu dan tidak berhenti di tahapan manapun dari tahapan-tahapan sejarahnya.

Penekanan terhadap kepentingan tarbiyah ini kadangkala mengundang komentar dari orang luar bahwa :

Tarbiyah bukanlah segala-galanya dan dengan tarbiyah semata-mata, kita tidak akan mampu meraih kemenangan.

Namun, ia kemudiannya dijawab oleh salah seorang tokoh Ikhwanul Muslimin, Syeikh Musthafa Masyhur bahwa :

Tarbiyah memang bukan segala-galanya, tetapi segala-galanya tidak akan mampu diraih kecuali melalui tarbiyah.

Tarbiyah Islamiyah sebagaimana yang sudah disebutkan memberi arti proses mempersiapkan seseorang dengan persiapan yang menyentuh :

1. Seluruh aspek kehidupannya meliputi ruhani, jasmani dan akal fikiran.

2. Kehidupan duniawinya dengan segenap aspek hubungan dan kemaslahatan yang mengikatnya.

3. Kehidupan akhiratnya dengan segala amalan yang dilakukannya yang membuatkan samada Allah ridha atau murka.

Oleh karena itu, tarbiyah bersifat bersepadu dan komprehensif dan itulah yang membedakan antara sistem Islam dengan sistem atau peraturan manapun di mana sistem Islam mencakupi seluruh aspek kehidupan itu dengan cakupan yang penuh terperinci.


PERANAN TARBIYAH DALAM KEHIDUPAN

- Memahami gambaran yang jelas mengenai Islam yang sempurna dan benar.

- Membentuk kepribadian muslim secara utuh.

- Menumbuhkan harga diri dan peribadi yang tidak mudah dipecah belahkan

- Keimanan  dan  ketaqwaan penduduk merupakan asas terwujudnya kemakmuran yang penuh berkah.

- Mewujudkan ketenteraman dan kestabilan masyarakat.


CIRI-CIRI TARBIYAH ISLAMIYAH

- Rabbaniyah, yaitu seluruh aspeknya diasaskan kepada nilai rabbaniyah yang diuraikan dalam Kitabullah dan Sunnah RasulNya.

- Syamilah, yaitu tarbiyah yang dibangun dengan memperhatikan segala aspek dalam kehidupan akal, jasad dan ruh, ataupun dalam kerangka hubungan individu dengan masyarakat, alam dan al Khaliq tanpa ada pemisahan.

- Mutakamilah, yaitu tarbiyah yang tidak terbatas pada tempat tertentu serta berlangsung di sekolah, masjid, rumah, di jalan, di kebun, medan pertempuran bahkan di pasar.

- Marhaliyah, yaitu seluruh tabiat alam berlaku secara bertahap, demikian pula perkembangan fizikal dan psikologi manusia. Oleh karena itu, pendidikan dibangun dengan sifat bertahap dan mengikuti perkembangan kematangan manusia.

- Muruunah, iaitu dalam aplikasi tarbiyah disesuaikan dengan situasi dan keadaan yang melatar belakangkan dan melingkupi objek dan subjek pendidikan, justeru dalam rangka untuk mendapatkan hasil yang optimum.

- Istimrariyah, yaitu proses tarbiyah yang tidak mengenal istilah “Selesai”. Setiap individu wajib belajar sepanjang hayat (Tarbiyah Maddal Hayah)

- Tanmawiyah, yaitu memberikan peluang pembaharuan metoda dan gaya penyampaian selaras dengan penemuan dan perkembangan ilmu, selama kita berjalan pada prinsip-prinsip asas Islam.

- Fardhiyah, Islam mewajibkan setiap individu untuk menuntut ilmu. Implikasinya, bererti melibatkan semua pihak untuk mempersiapkan segala tingkatan, wasilah dan kelengkapan pendidikan sebaik-baiknya.

- Tathbiqiyah, yaitu tarbiyah yang bersifat praktik, artinya setiap ilmu yang diperoleh mesti berorientasikan kepada produktivitas.

- Hurriyah, yaitu tarbiyah yang berasaskan kepada kebebasan. Islam tidak memaksakan perlu belajar apa dan bagaimana, setiap individu bebas mereguk ilmu apa saja selagi tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

- Infitah, yaitu tarbiyah yang berasaskan prinsip keterbukaan. Setiap muslim menyerap ilmu dari mana saja serta mampu pula memanfaatkan warisan peradaban manusia terdahulu yang bermanfaat.

- Maslahah, yaitu tarbiyah yang dibangun untuk memberikan kemaslahatan ummah, memberikan sumbangan dalam pendidikan kesejahteraan, kemakmuran dan peradaban ummah. Oleh kerana itu, pendidikan Islam berorientasi pada nilai manfaat dan mashlahat bagi ummat.


TUJUAN TARBIYAH ISLAMIYAH

Tarbiyah Islamiyah mempunyai beberapa tujuan dan diantaranya adalah :

- Membentuk manusia beraqidah (tarbiyah aqidiyah)
- Membentuk manusia berakhlak mulia (tarbiyah khuluqiyah)
- Membentuk manusia berfikir (tarbiyah fikriyah)
- Membentuk manusia yang sihat dan kuat (tarbiyah jismiyah)
- Membentuk manusia yang kreatif, berinisiatif, antisipatif dan responsif (tarbiyah amaliyah)

Dalam kitab ‘Thariqud-da’wah bainal ashalah wal inhiraf’ (Jalan Dakwah, antara keaslian dan penyimpangan), Syekh Musthafa Masyhur mengatakan bahwa :

“Pribadi muslim adalah batu bata asas dalam pembinaan, dimana menyangkut pembinaan al bait al muslim (keluarga muslim), atau al mujtama al muslim (masyarakat muslim), atau ‘al hukumah al muslimah dan ad-daulah’. Sesuai dengan kadar yang diterima oleh peribadi dalam hal tarbiyah, sesuai dengan itu pulalah kekokohan bangunannya.

Aqidah dan iman yang kuat adalah asas pembentukan pribadi muslim, oleh yang demikian, kecuaian di bidang tarbiyah terhitung sebagai kelemahan dalam tapak asas dan akan menghadapkan bangunan kepada keruntuhan  cepat atau lambat.

Tidak memberikan perhatian yang selayaknya kepada tarbiyah juga akan memberi kesan kepada menurunnya tingkatan keperibadian sehingga tidak meluluskan seseorang menjadi pribadi-pribadi dengan tingkatan tanggungjawab dan daya tahan dalam memikul berbagai amanah amal, di mana seharusnya mereka meringankan beban-beban dakwah, tapi sebaliknya ia malah menimbulkan berbagai permasalahan dan pertentangan-pertentangan dan jadilah mereka itu beban yang merugikan amal, produktivitas dan dakwah.

Tarbiyah mempunyai pengaruh yang sangat panjang sepanjang hari-hari yang ada, dan juga dalam menghadapi berbagai peristiwa serta memenuhi tuntutan-tuntutan amal di atas jalan dakwah, samada di saat berlakunya mihnah (ujian) dan menghadapi tipu daya musuh, ataupun di saat munculnya tuntutan jihad, ‘tadhhiyah’ (pengorbanan) dan tugas-tugas lainnya.

Sangat penting juga untuk dijelaskan bahwa tidak tepat kefahaman bahwa tarbiyah hanya terbatas pada orang baru dalam dakwah dan tidak lagi relevan bagi orang yang telah lama di jalan dakwah ini, akan tetapi, tarbiyah mestilah bersifat terus menerus dan untuk berbagai tingkatan serta berbagai tahap senioritas, karena, tidak ada seorangpun kecuali memerlukan bekalan dan peringatan”.

Seterusnya, beliau menjelaskan tentang sebab-sebab pengabaian tarbiyah di antaranya adalah :

- Dominannya aspek siyasah (politik) dalam harakah berbanding aspek tarbiyah. Kesannya, banyak waktu-waktu yang terjebak pada aspek-aspek formal, diskusi-diskusi dan lain-lain.

- Tidak menyiapkan murabbi-murabbi baru yang sanggup membina pendatang-pendatang baru, maka dari sinilah tingkatan tarbiyah akan menurun. Demikian juga karena adanya perhatian yang berlebihan terhadap penyebaran dakwah yang memberi kesan kepada ramainya pendatang baru tanpa diimbangi oleh daya dukung untuk mengukuhkan  mereka dengan tarbiyah. Oleh yang demikian, menjadi suatu kemestian untuk memberi perhatian dalam menyiapkan para murabbi dan menyelaraskan antara penyebaran dakwah dan tarbiyah, maksudnya antara marhalah ta’rif  (pengenalan) dan marhalah takwin (pembentukan).

- Berubahnya halaqah menjadi kelas-kelas pengajian yang sekadar tingkatan ‘ma’rifah’ (tahu) dan mendapat pelajaran, padahal ia seharusnya menjadi bingkai tempat dituangkannya bahan manhaj, takwin (pembentukan) dan taqwimul akhlaq (pelurusan akhlak) atau secara umumnya, inhiraf (penyelewengan) dalam hal ini adalah pengosongan wasilah-wasilah tarbiyah dari mutiara intinya sehingga wasilah-wasilah tersebut hanya berbentuk penampilan luaran semata-mata.

- Disibukkan oleh bidang-bidang kegiatan tertentu, kerana situasi dan keadaan yang muncul sehingga menyebabkan terabainya tarbiyah. Tidak benar kalau sampai ada sesuatu perkara yang menyebabkan ditinggalkannya tarbiyah kerana kesibukan menguruskan sesuatu, apapun ia, termasuk jihad dan memerangi musuh, bahkan, tarbiyah dalam situasi dan keadaan yang sangat sulit dan genting itu justeru menjadi urusan yang paling mustahak, karena unsur iman adalah sebab yang paling penting untuk dipenuhi dalam rangka mendapatkan dukungan, pertolongan dan kemenangan dari Allah swt.

Dalam kitab tersebut juga, Syekh Musthafa Masyhur menyebutkan berbagai bentuk penyimpangan, di antaranya adalah :

- Sedikit ilmu.

- Perhatian hanya kepada aspek penampilan yang melupakan mutiara isinya dan dominasi debat dan diskusi yang mengalahkan amal.

- Asal kerja berjalan dan tidak ada perencanaan.

Oleh yang demikian, untuk tetap bertahan pada jalan yang lurus yaitu jalan taqwa, manusia memerlukan pengawalan yang ketat secara terus-menerus dan perkara ini hanya boleh terlaksana dengan ‘Tarbiyah Islamiyah’ yang sentiasa memastikan setiap individu berjalan di atas jalan ketaqwaan.

Hakikatnya Tarbiyah Islamiyah adalah wajib kerana ia merupakan wasilah terlaksananya kewajiban agama yaitu ibadah. Ta’lim adalah bagian dari tarbiyah dan ibadah tidak sah tanpa mengetahui hukum dan syarat sahnya ibadah.  
Ya Allah, berilah kefahaman yang jelas kepada kami sehingga kami tetap berpegang dan meningkatkan komitmen kami terhadap Tarbiyah Islamiyah karena asas binaan yang kokoh ke arah pembentukan individu, masyarakat, dan negara bagi tujuan menyebar luaskan dakwah ke seluruh pelosok bumi bagi memenuhi matlamat membawa rahmat ke seluruh alam.

Aamiin Ya Rabbal Alamin